Saturday, March 26, 2011

Sufiroad : Malunya kaum Arifin

Syeikh Ahmad ar-Rifa’y

Rasulullah SAW bersabda: Malu itu sebagian dari iman.” (Hr. Muslim)
Malu yang yang biasanya ter-ekspresi pada wajah manusia merupakan gambaran tentang malu yang adadalam hati manusia, yaitu malu karena sesuatu dari Allah Ta’ala.

Sehingga malu ter-ekspresi dari Malu Wajah dan Malu Qalbu, merupakan bagian dari iman kepada Allah Ta’ala, dimana kaum ‘arifin menjadikannya sebagai orientasi atas kelemahan dan cacat rahasia hatinya di hadapan Allah Ta’ala.
Karena itulah qalbu kaum ‘arifin merupakan perbendaharaan Allah Ta’ala di muka bumi, di dalam qalbu itu ada titipan rahasiaNya, kelembutan hikmahNya, kelembutan cintaNya, cahaya-cahaya ilmuNya dan amanah kema’rifatanNya.

Wacana kaum ‘arifin senantiasa muncul dari musyahadah qalbunya, aksentuasi dari pengetahuan rahasia, dan penjelasan mengenai amaliyah batin, berupa penjelasan mengenai pemisahan perkara dengan wushul, penjelasan faktor-faktor yang menganggu hubungan dengan Allah Ta’la, dan faktor-faktor yang yang mendorong menuju Allah Ta’ala.
Faktor pendorong pada kepentingan makhluk (selain Allah) adalah: Dunia, Nafsu dan Makhluk itu sendiri.

Sedangkan faktor yang mendorong kita menuju Allah Ta’ala adalah: Akal, Yaqin, dan Ma’rifat, sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya. “ Yakni siapa yang mengenal apa yang mesti dilakukan untuk dirinya, ia mengenal apa yang harus dilaksanakan untuk Tuhannya.
Ungkapan para ‘arifin, berkisar pada lima arah:
1. Bihi (bersama Allah)
2. Lahu (bagi Allah)
3. Minhu (dari Allah)
4. Ilaihi (menuju Allah)
5. ‘Alaihi (bersandar padaAllah).

Dalam ucapan mereka tidak ada kata seperti: Aku, sesungguhnya diriku, kami, bagiku dan denganku….
Karena kata-kata mereka bersifat manunggal (fardaniyah),
Geraknya adalah serba bergantung padaNya (Shomadaniyah), Akhlaq mereka senantiasa merupakan manifestasi Robbaniyah (Robbaniyah), Kehendak mereka adalah kemanunggalan (Wahdaniyyah),
Isyarat mereka tidak akan dikenal kecuali oleh orang yang hatinya membara kepadaNya, yang didalamnya ada rahasia-rahasia tersembunyi, mutiara-mutiara suci, pancaran-pancaran cahaya, lautan kasih, kunci-kunci keghaiban rahasia, wadah kerinduan dan taman kemesraan


Yahya bin Mu’adz, r.a, mengatakan: Hati itu seperti periuk, wadah ciduknya adalah lisan. Setiap lisan senantiasa menciduk apa yang ada di periuk hatinya.”

Abu Bakr al-Wasithy, r.a, ditanya tentang pendapatnya seputar ucapan ahli ma’rifat. Ia menjawab, “Gambaran tentang ma’rifat sepetri cahaya dalam lampu dan lampu itu digantung di dalam rumah, sepanjang lampu itu ada dalam rumah, sepanjang itu pula terang. Ketika pintu rumah dibuka, maka cahaya lampu itu akan menerangi halaman.”
Kalam kaum ‘arifin senantiasa memancarkan cahaya kepada ahli cahaya, hingga airmata mereka meleleh, dan lisannya berdzikir. Allah Ta’ala berfirman:
“Bila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu melihat air mata mereka meleleh, karena ma’rifat mereka terhadap Allah, mereka mengatakan, “Oh Tuhan kami, kami beriman dan catatlah kami bersama orang-orang yang menyaksikan(Mu).”

Metafor jiwa kaum arif seperti rumah, hatinya seperti lampu, minyaknya adalah rasa yaqin, airnya dari kejujuran hati, pintalannya dari ikhlas, kacanya dari kebeningan dan kerelaan hati, dan gantungannya dari akal.Khauf itu adalah api dalam cahaya. Sedangkan Raja’ (harapan) adalah cahaya dalam api. Ma’rifat seperti cahaya dalam cahaya.
Lampu itu digantung di pintu lobang, jika seorang arif membuka mulutnya, akan muncul hikmah dari dalam hatinya, mengalirlah cahaya hati lewat mulutnya, lalu cahaya itu membias kepada mereka yang siap disemai cahaya, lalu cahaya saling bergantungan dengan cahaya.
Ada sebagian ucapan lebih dahsyat dibanding cahaya matahari, dan sebagian lebih gulita dibanding gelapnya malam. Kalam ahli ma’rifat senantiasa adalah perbendaharaan Tuhan Yang Maha Suci, dimana sumber-sumbernya adalah qalbu kaum ‘arifin, dimana Allah memerintahkan agar menginfaqkan cahaya itu kepada yang lain yang berhak menerimanya, dalam firmanNya:
“Ajaklah mereka ke Jalan Tuhanmu dan dengan hikmah dan nasehat yang bagus berilah argumentasi dengan argument yang lebih bagus. Sesungguhnya Tuhanmu Dia lebih Tahu pada orang yang tersesat dari jalannya, dan ia Maha Tahu pada orang yang diberi hidayah.”

Sebagian ‘arifin ditanya,
“Manakah cahaya yang lebih hebat ketimbang matahari?”
“Ma’rifat,” jawabnya.
“Apa yang lebih berguna dibanding air?”
“Ucapan ahli ma’rifat,” katanya.
“Apa yang lebih harum aromanya ketimbah minyak kesturi?”
“Waktunya orang ‘arif.”
“Apa pekerjaan orang ‘arifin?”
“Memandang pekerjaan Rububiyah dan panji-panji kelembutan qudrah,” jawabnya.

Hasrat Orang-Orang shaleh.
Abu Sa’id al-Balkhi ra, ditanya: “Kenapa ucapan orang pendahulu (salaf) lebih utama dibanding orang akhir (khalaf)?”
“Karena kehendak mereka adalah memuliakan Islam, menyelamatkan jiwa, kasih sayang pada sesama saudara dan ridlo kepada Ar-Rahman…” jawabnya.

“Sedangkan kehendak kita adalah memanjakan hawa nafsu, mencari pujian orang dan mencari kenikmatan dunia,” tambahnya lagi. Seorang hamba manakala taat pada Tuhannya Allah memberinya rejeki seteguk air dari sumber ma’rifat, lalu ia mengucapkan dengan lisannya. Namun jika ia meninggalkan taatnya, ia tidak akan merusak taat itu, namun tetap tersimpan di hatinya, dan tidak mengucapkannya dengan lisannya, agar ia tetap dalam sesalnya dan menjadi cobaan dengan berbagai ujian.

Tiada dua orang beriman yang bertemu, yang keduanya berdzikir kepada Allah, melainkan Allah menambah cahaya ma’rifatullah pada kedua hatinya, sebelum keduanya berpisah

Sesungguhnya Allah memunculkan ahli ma’rifat di atas puncak gelombang lautan intuisi qalbu dan memuliakan mereka di atas perbendaharaan rahasia serta rahasia pengetahuan yang tak terhingga jumlahnya, tidak pernah putus uraiannya, tidak pernah ditemukan ujung dalamnya, tidak sirna keajaibannya, hingga mereka menyelami cahaya ma’rifat, dalam kedalaman isyarat yang terpendam, dalam makna-maknanya yang tersembunyi, hingga keluar dengan keajaiban satriguna dan kelembutan bekal-bekal melimpahnya, hakikat-hakikat dan isyaratnya, yang membakar qalbu para pecinta, memesrakan ruh para penempuh.

Itulah cahaya dari cahaya hidayah, dimana seorang hamba meraih petunjuk dari kebajikan ri’ayah (penjagaan jiwa) jika meraih Taufiq dan ‘inayah.

Yahya bin Mu’adz ra berkata, “Aku bertemu kaum arifun yang dilmpahi hikmah, aku temukan mayoritas mereka tidak memiliki apa-apa, malah mereka dibiayai yang lain.”
Laits al-Mishry, r.a, punya saudara yang ada di Iskandariyah, ketika ia datang, saudaranya menjawab, “Aku sedang menghadap Allah.”
“Mana faedah dari peng-hadapanmu pada Tuhanmu?” Saudaranya diam.

Lalu Laits mengatakan, “Sang hamba jika menghadap pada Allah dengan keselarasan yang benar, Allah memberikan faedah-faedah yang tak pernah terlintas di hati manusia.”
Yahya bin Mu’adz , manakala bicara suatu hari, tiba-tiba ada orang yang berteriak keras di majelisnya, sembari merobek-robek bajunya.
“Hai! Apa yang kamu katakan?!”
“Kalam ahli ma’rifat, ketika muncul dari sumber rahasia kemanunggalan, ia menggali hati orang yang dibakar rindu dan cinta dengan apinya, lantas sifat-sifat manusiawi sirna.
Karena itu kalimat orang yang bertaqwa itu posisinya mendekati wahyu. Suatu ketika ada kata-kata terucap dari mereka, lalu ditanya, “Apa yang membuatmu bicara seperti ini?”
“Hatiku mengatakan demikian, bermula dari fikiranku, dari rahasia jiwaku, dari Tuhanku…” katanya.
Sandaran hikmah adalah wujudnya hikmah, yaitu barang berharga yang hilang dari penempuh, ketika ditemukan ia ambil. Ia tak peduli darimana pun wadahnya, dari mana pun diucapkannya, dari hati mana dinukil atau dari dinding mana terukir atau dari kafir mana di dengar. [B]Nilai Hikmah (bukan ilmu hikmah, pent.)[/B]
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Siapa yang ingan ilmu oleh Allah tanpa belajar, mendapatkan petunjuk tanpa hidayah, maka zuhudlah dari dunia.”

Setiap hikmah ada ahli dan zamannya, dan zaman itu telah berlalu dengan sejumlah besar ahlinya, sedangkan yang tersisa kini hanyalah musibah. Maka kami kepada Allah, dan kami kepadaNya kembali.
Carilah lampu-lampu kalam kaum ‘arifun sebelum mereka wafat, suatu nikmat yang kalian rasakan kemuliaannya, keutamaannya yang paripurna, dan Luqman dipilih oleh Allah dengan hikmah, karena kemuliaan hikmahnya. Hikmah itu shiddiqun, kebanggan muttaqun, firadus para ‘arifun, warisan para nabi dan Mursalun. Burulah sebelum sirna.

Dian-dian cahaya manusia di setiap bumi
Merekalah Ulama generasi mulia
Ilmunya memancarkan cahaya di setiap lembah
Bagai purnama yang membias tanpa awan

www.sufinews.com

Saturday, March 12, 2011

Sufiroad ; Risalah Metode Berjumpa Dengan Rasulullah

Berikut adalah satu artikel menarik oleh penulis dibawah mengenai riyadah untuk bertemu dengan rasulullah, semoga bermanfaat..

oleh Pangeran Sukemilung
rico_endo@yahoo.com

Berawal dari ijazah Syeikhina Al-Mukarom Pangeran Muhammad KH.Ali Umar Toyyib mengenai sholawat untuk bermimpi / berjumpa dengan Rasulullah SAW, saya mulai mencari dan menyelidiki sekiranya ada metode khusus untuk dapat mewujutkan niat itu. Alhamdulillahnya…saat dipondok dulu ada satu kitab yang berjudul MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL SAW ( MAGHNATIS : RISALAH METODE BERJUMPA RASULULLAH SAW ) buah karya dari Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar. Pengantar kitab ini adalah Habib Abdurrahman bin Syech Al-Atthas, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masyhad, Sukabumi. Tempat dimana saya belajar dan menimba ilmu agama. Kitab yang sangat bagus karena diberi sambutan / referensi oleh beberapa Ulama besar. Diantaranya :

* Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Asseqaf
* Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad
* Al-Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur
* Al-Habib Hasyim Al-Idrus
* Al-Habib Abdul Qadir Jilani bin Salim Al-Khird
* As-Sayyid Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaff
* As-Sayyid Ali bin Abdullah bin Husein Asseqqaf
* As-Sayyid Muhammad bin said bin Al-Baidh
* As-Syekh Husein Shaleh Al-Masibily
* As-Syekh Abdur Rahiim Syekh Ali Musa
* As-Syekh Abdullah Sirajuddin
* As-Syekh Musa Abduh Yusuf
* As-Syekh Shaleh Al-Syekh Al-Abbassy
* As-Syekh Ahmad Al-Badawi bin Usman Al-Barawy

Beliau-beliau diatas menyatakan bahwa Kitab ini MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL, adalah satu kitab yang terjamin ke shahihannya dan berdasarkan dalil yang kuat juga dari Ijazah yang bersambung secara berantai sanadnya. Merupakan pedoman bagi para Muhibbin yang bercita-cita untuk dapat bertemu dengan Junjungan Yang Mulia Sayyidina wa Habibina wa Maulana Rasulullah Muhammad bin Abdillah SAW.Perangkum kitab ini merangkumnya kedalam tiga bahasan pokok dalam merajut kecintaan dan menjalin keterpautan hati kepada Nabi SAW secara sistematis dan proporsional berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan wacana para salaf dan khalaf melalui pengamalan sholawat. Perjumpaan yang dimaksud adalah dengan melalui mimpi dan diharapkan berlanjut ke alam nyata.

Mimpi merupakan yang pertama nampak dari wahyu kenabian kepada Rasulullah SAW sebagaimana yang diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya pada bahasan Ta’bir dan oleh Muslim pada bahasan Al-Imam ( hadist no : 252 ).Kata RU’YAH digunakan untuk mimpi yang disukai, sedangkan kata HULUM untuk mimpi yang tidak disukai. Terkadang kata Ru’yah digunakan untuk keduanya. Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim pada bahasan itu- dari Abu Qatadah bahwa Nabi SAW bersabda : “ Ru’yah yang benar berasal dari Allah dan Hulum yang buruk berasal dari Syetan.”

Sayyid Allamah Abdullah bin Alwi Al-Haddad Ra pernah ditanya tentang Ru’yah dan beliau mengatakan,” Mimpi adalah bagian dari kenabian dan memiliki alam tersendiri, malah mimpi merupakan dinding pemisah antara kasyf yang bersifat bathin dengan kesadaran ( yagdhah ) yang bersifat zhohir.” Kewalian biasanya diawali dengan mimpi sebagaimana yang di awali oleh Rasulullah SAW pada awal kenabian. Namun tidak setiap mimpi yang diawali oleh seseorang bersifat demikian . Orang yang suka mencampur adukkan yang haq dengan yang batil kecil kemungkinannya untuk mendapatkan mimpi yang benar ( Shidig ). Syarat bermimpi yang benar adalah bersikap jujur dan menjauhkan diri dari khayalan-khayalan buruk.

Allah memuliakan para pecinta Nabinya dengan kemampuan melihat Rasulullah SAW ketika tidur sebagai perwujudan dari mengutamakan dan memuliakan beliau SAW adalah pangkat yang paling agung yang didambakan dan diharapkan oleh setiap insan yang mencintai beliau.Sesuai dengan sabda Nabi SAW,” Tidak beriman ( dengan sempurna ) satu diantara kamu, sehingga aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan setiap manusia.” Setelah Allah menganugerahi para pecinta dengan kemampuan melihat Nabi-NYA SAW dikala tidur, kedudukan mereka menjadi tinggi dengan memperbanyak bacaan sholawat dan salam sambil mengikuti jejak beliau yang sempurna, sehingga Allah Yang Maha Mulia memberi mereka keutamaan. Mereka mampu melihat beliau dan berkumpul bersama beliau dalam keadaan terjaga. Itulah yang termasuk pangkat yang tinggi dan derajat yang agung.

Sebagaimana sabda beliau SAW,” Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur maka dia benar-benar melihat aku, karena sesungguhnya setan tidak mampu menyerupai aku.” ( Sungguh benar Nabi SAW yang benar dan dibenarkan ). Setelah itu beliau memberi kabar gembira kepada kita : “ Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur, maka dia akan melihat aku di waktu terjaga atau ( dia seakan-akan melihat aku di waktu terjaga ) setan tidak dapat menyerupai aku.” (HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).

Diantara syarat-syarat Mahabbah kepada Rasul SAW adalah :

* Taqwa dan Istiqomah yang sempurna. Karena merupakan azaz yang kokoh dalam semua amal ibadah disamping niat yang benar dengan ikhlas).

Didalam mengikuti jejak rasul SAW ada 3 faedah yang besar dan agung :

* Dicintai Oleh Allah SWT.
* Taat kepada Rasulullah SAW.
* Diampuni dosa-dosanya.

Tersebut didalam kitab Mafatihul Mafatih : Barangsiapa bisa bermimpi melihat Rasulullah SAW dikala tidur, maka dia akan mendapatkan Husnul Khotimah dan syafaat beliau, mendapatkan surga dan Allah mengampuninya serta kedua orang tuanya- jika keduanya muslim. Dia termasuk yang mengkhatamkan Qur’an sebanyak 12 kali, sakaratul maut terasa ringan baginya, siksa kubur dihilangkan dari padanya, diselamatkan dari kesulitan da hari kiamat dan tercapai hajatnya didunia dan akhirat dengan kasih sayang dan karunia-NYA.

Ketahuilah bahwasanya mimpi melihat beliau SAW adalah Haq. Mimpi adalah suatu keterbukaan yang tidak bisa terjadi kecuali dengan hilangnya penutup / Hijab dari hati.Oleh karena itu tidak bisa dipercaya kecuali mimpi seseorang laki-laki shaleh dan benar ucapannya. Adapun orang yang banyak kebohongannya, tidaklah benar mimpinya. Orang yang banyak kerusakan dan perbuatan maksiatnya akan gelap hatinya, sehingga apa yang dilihatnya adalah bunga-bunga tidur.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang yang diberi Taufiq oleh Allah SWT dan dimuliakan dengan melihat Nabi SAW, terkadang dia melihat beliau dalam bentuk-bentuk yang banyak. Hal ini kembali kepada perilaku orang yang melihat beliau, karena perobahan tingkah lakunya, istiqomahnya, dan khaufnya kepada Allah, disertai cara-cara menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan benar. Apabila amalan orang yang melihat Rasul SAW baik, maka baik pula baginya bentuk dan rupa beliau. Terkadang beliau nampak dengan sifat-sifat yang dimilikinya, kendatipun demikian beliau diatas segala sifat-sifat itu dari kebagusan, kesempurnaan, kedermawanan, cahaya dan rahasia beliau yang merupakan sifat-sifat Mulia yang tidak diketahui kecuali Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Agung.

Orang yang berkeinginan untuk melihat Rasulullah SAW wajib menambah :
1.Sikap merendahkan diri kepada Allah SWT.
2. Beradab bersama Rasulullah SAW.
3. Memandang sesuatu sesuai yang disenangi dan di Ridhai Oleh Allah dan Rasul-NYA.
4. Menjauhi semua tempat yang tidak di Ridhai oleh Allah dan Rasul-NYA.

Dan berikut ini adalah contoh beberapa faedah untuk tujuan yang dimaksud, maka bangun dan berjuanglah…ambillah dia untukmu dan semoga kita dapat menyaksikan Ke Maha Murahan dan Ke Maha Agungan Allah yang Maha Penolong dan pemberi Taufiq.

Faedah beberapa surah di dalam Al-Qur’an untuk tujuan berjumpa (Mimpi) kepada Rasulullah SAW.

1.Surah Al-Kautsar

Barangsiapa membacanya dimalam hari 1.000 kali, maka dia akan bermimpi melihat Nabi SAW. ( Mujarab Shahih )

2. Surah Al-Muzammil
Barangsiapa ingin melihat Nabi SAW maka bacalah surah itu sebanyak 41 kali. Maka dia pasti akan melihat beliau SAW. ( Mujarab shohih )

3. Surah Al-Qodr
Dibaca pada malam jum’at 1.000 kali maka dia tidak akan mati sebelum melihat Nabi SAW. ( Mujarab )

4. Surah Al- Qurays
Dibaca malam jum’at 1.000 kali, kemudian tidur dalam keadaan suci maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya dan tercapai maksud serta tujuannya. ( Mujarab )

5. Surah Al-Ikhlas
Riwayat Ibnu Abbas : Dibaca malam hari 1.000 kali , maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya. ( Mujarab )

Dibagian lain Ibnu Abbas menerangkan : “ Barangsiapa yang melaksanakan sholat dua rakaat pada malam jum’at , pada setiap rakaatnya setelah fatehah membaca Surah Al-Ikhlas 25 kali setelah itu ba’da sholat membaca sholawat dengan sighat ini :

Sholallahu ‘alaa sayyidina Muhammadin Nabiyyil ummi. 1.000 kali.

Maka tidak akan sempurna jum’at yang akan datang kecuali dia melihat Nabi SAW diwaktu tidurnya. Jika dia dapat melihat Nabi SAW maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. ( Mujarab Shohih )

Faedah beberapa sholawat pendek An-Nabi SAW.

1.Sholawat Nur
Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma inni as-aluka bi nuuril anwaaril ladzii huwa ‘ainuka laa ghoiruka an turiyanii wajha nabiyyika sayyidina Muhammadin sholallahu ‘alaihi wa aalihi wassallama kamaa Huwa ‘indaka.

Sighat sholawat tersebut dibaca 100 kali. ( Ini Mujarab )

2. Sholawat Ummi

Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummi.1.000 kali.

Caranya : Sholat sunah dua rakaat pada malam jum’at. Dalam setiap rakaatnya membaca ba’da al-fatehah : Ayat Qursy.1x dan Surah Al-Ikhlas 15 kali. Setelah salam membaca sholawat tersebut diatas 1.000 kali.( Mujarab )

3. Sholawat Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra.

Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin ‘abdika wa nabiyyika wa rasuulikan nabiyyil ummi wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallim.500x

Berkata Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra : “ Barang siapa membaca secara rutin sighat sholawat tersebut dalam sehari semalam sebanyak 500 x , maka dia tidak akan mati sebelum berkumpul bersama Nabi SAW dialam nyata ( terjaga ).”Syekh Yusuf An-Nabhani menambahkan dan menerangkan : Apabila sholawat tersebut berfaedah untuk melihat Nabi SAW dialam nyata , tentunya sholawat tersebut lebih berfaedah lagi untuk melihat beliau didalam tidur.” ( Ini Mujarab )

4. Sholawat Sayyid Jamaludin Abu Mawahib Asy-Syadzily Ra.

Beliau adalah termasuk orang-orang pilihan yang agung. Beliau berkata,” Saya pernah melihat Rasulullah SAW didalam tidur , lalu beliau SAW berkata kepadaku “ Bacalah olehmu ketika hendak tidur…

Bismillahir rahmanir rahiim. 5x

A’udzubillahi minasy-syaithonnir rajiim.5x

Allahumma bihaqqi Muhammadin arinii wajha Muhammadin haalaan wa maalaan.5x

Apabila engkau membacanya ketika hendak tidur , maka aku akan mendatangimu dan aku tidak akan meninggalkanmu sama sekali. “ Lalu beliau menuturkan “ alangkah indahnya bentuk bacaan ini dan juga artinya bagi orang yang mempercayainya, terlebih lagi jika engkau menambahinya dengan bacaan sholawat dan salam kepada Nabi SAW.” (Ini Mujarab Shohih).

5. Sholawat Rahmat

Penulis kitab ini Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh ijazah dari Guru beliau Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith- dan beliau berkata : “ Sesungguhnya Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy Ra berkata : “ Barang siapa banyak membaca sighat sholawat yang berkah ini maka dia akan melihat An-Nabi SAW.”

Inilah sighat sholawat yang dimaksud :

Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma sholli wa sallim’ala Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa ali sayyidina Muhammad miftaahi baabi rohmaatillah, ‘adada maafii ‘ilmillah, sholaatan wa salaaman daa-imaini bi dawamii mulkillah.”

Dan beliau- Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh sighat sholawat yang sama dari Al-Habib Hasan bin Abdullah Asy-Syatthiri diawal perjumpaan beliau di Raudhah yang mulia di Masjid Madinah Al-Munawarrah.

Saya kira cukup sedemikian itulah beberapa contoh dari beberapa faedah yang berguna untuk dapat bertemu dengan An-Nabi SAW. Untuk selanjutnya kami persilahkan kepada ikwanul muslimin, baik yang berada di kampus KWA tercinta ini atau dimanapun berada untuk mencari dan mengamalkannya faedah-faedah lain untuk tujuan yang sama. Hal ini sebagai bukti Mahabbah kita kepada beliau SAW. Bahwasanya seseorang pecinta akan sangat berharap berkumpul dengan orang yang dicintainya.

Akhirul kalam…artikel ini hanya sebagai motivator untuk para ikhwan agar semakin menyuburkan Mahabbahnya kepada Junjungan kita Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW. Banyak sekali metode yang bisa dipergunakan baik melalui pembacaan surah-surah ataupun dengan sholawat. Semoga dengan ini kita akan mengikuti beliau SAW dengan lebih baik. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.

Wabillahit-taufiq wal hidayah wassalamu’alaikum wr wb….

www.wongalus.wordpress.com